Tuesday 8 March 2016

AKHLAK

Jalan Setan Jangan di Ikuti

 https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQ-2TOs5X8WN-qZh-NLwKxx5wDiSi68S4ptamlYKwVGscPUOz4j

Jangan ikuti jalan setan. Sifat jalan setan itu ada beberapa yang patut kita waspadai.
Allah Ta’ala berfirman,

وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ (168) إِنَّمَا يَأْمُرُكُمْ بِالسُّوءِ وَالْفَحْشَاءِ وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ (169)

“Dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu. Sesungguhnya syaitan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Al-Baqarah: 168-169)

Beberapa pelajaran penting yang bisa ditarik dari ayat di atas:

1- Kita diperintahkan tidak mengikuti jalan setan

2- Pahamilah bahwa setan adalah musuh manusia

Ayat di atas menunjukkan bahwa setan itu adalah musuh manusia. Ini bukan hanya berarti menjauh dari setan, namun menjauh pula dari teman-teman setan dari kalangan manusia yang mengajak pada perbuatan dosa. Setan jelas musuh kita, yang menjadi teman-teman setan pun adalah musuh yang mestik dijauhi.


Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain.” (QS. Al-Maidah: 51)

Dalam ayat lain disebutkan pula,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا عَدُوِّي وَعَدُوَّكُمْ أَوْلِيَاءَ تُلْقُونَ إِلَيْهِمْ بِالْمَوَدَّةِ

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang.” (QS. Al-Mumtahanah: 1)

Berarti dari sini, kita diperintahkan untuk mencari teman yang baik, bukan teman yang buruk yang menjadi temannya setan.



3- Setan mengajak pada dosa, baik dosa kecil maupun dosa besar


Yang dimaksud dengan as-suu’ dalam ayat adalah amalan kejelekan di bawah al-fahsya’. Adapun al-fahsya’ adalah dosa-dosa besar yang dianggap jelek oleh akal dan syari’at. Berarti as-suu’ adalah dosa kecil, sedangkan al-fahsya’ adalah dosa besar.
Kalau dalam diri kita ada niatan untuk melakukan dosa kecil maupun dosa besar, maka ketahuilah, itu adalah jalan setan. Maka mintalah pada Allah perlindungan dari maksiat atau dosa tersebut. Allah Ta’ala berfirman,


وَإِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ إِنَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaitan maka berlindunglah kepada Allah.” (QS. Al-A’raf: 200)



Contoh yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk meminta perlindungan pada Allah agar tidak terjerumus dalam zina atau perselingkuhan.

اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ سَمْعِى وَمِنْ شَرِّ بَصَرِى وَمِنْ شَرِّ لِسَانِى وَمِنْ شَرِّ قَلْبِى وَمِنْ شَرِّ مَنِيِّى
“Allahumma inni a’udzu bika min syarri sam’ii, wa min syarri basharii, wa min syarri lisanii, wa min syarri qalbii, wa min syarri maniyyi”

(artinya: Ya Allah, aku meminta perlindungan pada-Mu dari kejelekan pada pendengaranku, dari kejelekan pada penglihatanku, dari kejelekan pada lisanku, dari kejelekan pada hatiku, serta dari kejelekan pada mani atau kemaluanku). (HR. An-Nasa’i, no. 5446; Abu Daud, no. 1551; Tirmidzi, no. 3492. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan)


4- Setan mengajak berbicara tanpa ilmu


Berbicara tentang Allah ada tiga macam:
  • Berbicara tentang Allah yang benar-benar itu dari Allah, seperti itu boleh. Bahkan bisa jadi wajib untuk berbicara seperti itu jika dibutuhkan.
  • Berbicara tentang Allah yang diketahui bahwa Allah menyelisihi hal itu, maka haram berbicara seperti itu. Bahkan hal tersebut keras dilarang karena termasuk menentang Allah.
  • Berbicara tentang Allah yang tidak diketahui kalau Allah mengatakannya, maka haram juga berbicara tentang hal tersebut.
Pembicaraan yang haram tentang Allah bisa jadi berbicara dalam masalah hukum. Allah haramkan sesuatu, ia menyatakan bahwa Allah menghalalkannya. Begitu pula yang lebih dari itu lagi adalah berbicara tentang Allah dalam masalah nama dan sifat Allah. Seperti menyatakan Allah serupa dengan makhluk atau menolak nama atau sifat Allah.

 Seperti menyatakan Allah serupa dengan makhluk atau menolak nama atau sifat Allah. Padalah Allah Ta’ala berfirman,
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan Melihat.” (QS. Asy-Syura: 11)
فَلَا تَضْرِبُوا لِلَّهِ الْأَمْثَالَ إِنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
Maka janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah. Sesungguhnya Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. An-Nahl: 74)

Referensi:

 

Ahkam Al-Qur’an Al-Karim. Cetakan pertama, tahun 1428 H. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin. Penerbit Madar Al-Wathan.

Naskah Khutbah Jumat 8 Safar 1437 H di Masjid Adz-Dzikro, Ngampel, Girisekar, Panggang
Direvisi ulang 17 Jumadal Ula 1437 H di Darush Sholihin, Panggang, Gunungkidul
Oleh Al-Faqir Ila Maghfirati Rabbihi: Muhammad Abduh Tuasikal
Rumaysho.Com, Channel Telegram @RumayshoCom, @DarushSholihin, @UntaianNasihat, @RemajaIslam

 








Tahapan - Tahapan Setan Menyesatkan Musuh-musuhNya

 https://rumaysho.com/wp-content/uploads/2016/02/tahapan_setan_menggoda-415x260.jpg

Langkah pertama: Diajak pada kekafiran, kesyirikan, serta memusuhi Allah dan Rasul-Nya

Inilah langkah pertama yang ditempuh oleh setan, barulah ketika itu ia beristirahat dari rasa capeknya. Setan akan terus menggoda manusia agar bisa terjerumus dalam dosa pertama ini. Jika telah berhasil, pasukan dan bala tentara iblis akan diangkat posisinya menjadi pengganti iblis.

Langkah kedua: Diajak Pada Perbuatan Bid’ah

Jika langkah pertama tidak berhasil, manusia diajak pada perbuatan bid’ah. Perbuatan ini lebih disukai oleh iblis daripada dosa besar atau pun maksiat lainnya. Karena bahaya bid’ah itu:

(1) membahayakan agama seseorang,
(2) membahayakan orang lain, jadi ikut-ikutan berbuat sesuatu yang tidak ada tuntunan,
(3) orang yang berbuat bid’ah akan sulit sadar untuk taubat karena ia merasa amalannya selalu benar,
(4) bid’ah itu menyelisihi ajaran Rasul dan selalu mengajak untuk menyelisihi ajaran beliau.

Setan yang menggoda seperti ini pun juga akan diangkat sebagai pembantu iblis jika telah berhasil menyesatkan manusia dalam hal ini.

Langkah ketiga: Diajak pada dosa besar (al-kabair)

Kalau langkah kedua tidak berhasil, setan akan mengajak manusia untuk melakukan dosa besar, lebih-lebih jika ia adalah seorang alim (berilmu) dan diikuti orang banyak. Setan lebih semangat lagi menyesatkan alim semacam itu supaya membuat manusia menjauh darinya, maksiat semacam itu pun akan mudah tersebar, dan akan dirasa pula bahwa maksiat itu malah mendekatkan diri pada Allah.

Yang berhasil menyesatkan manusia dalam hal ini, dialah yang nanti akan menjadi pengganti iblis.

Langkah keempat: Diajak dalam dosa kecil (ash-shaghair)

Jika setan gagal menjerumuskan dalam dosa besar, setan akan mengajak pada dosa kecil. Dosa kecil ini juga berbahaya.
إياكم ومحقرات الذنوب كقوم نزلوا في بطن واد فجاء ذا بعود وجاء ذا بعود حتى انضجوا خبزتهم وإن محقرات الذنوب متى يؤخذ بها صاحبها تهلكه
Jauhilah oleh kalian dosa-dosa kecil. (Karena perumpamaan hal tersebut adalah) seperti satu kaum yang singgah di satu lembah, lalu datanglah seseorang demi seorang membawa kayu sehingga masaklah roti mereka dengan itu. Sesungguhnya dosa-dosa kecil itu ketika akan diambil pemiliknya, maka ia akan membinasakannya.” (HR. Ahmad, 5: 331, no. 22860. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)

Maksud hadits, jika dosa kecil terus menumpuk dan tidak terhapus, maka itu akan membinasakan. Di sini tidak disebutkan dosa besar karena jarang terjadi di masa silam dan dosa besar memang benar-benar dijaga agar tidak terjerumus di dalamnya. Demikian dijelaskan oleh Al-Munawi.

Imam Al-Ghazali menyebutkan, dosa kecil lama-lama bisa menjadi besar karena: (1) menganggap remeh dosa kecil tersebut, (2) terus menerus dalam berbuat dosa. Karena ingatlah yang namanya dosa ketika seseorang menganggap itu begitu besar (berbahaya), menjadi kecil di sisi Allah. Sebaliknya, ketika dosa itu dianggap remeh, maka menjadi besar di sisi Allah. (Dinukil dari Faidh Al-Qadir, 3: 127)

Langkah kelima: Disibukkan dengan perkara mubah (yang sifatnya boleh, tidak ada pahala dan tidak ada sanksi di dalamnya)

Namun karena sibuk dengan yang mubah mengakibatkan luput dari pahala. Jika setan tidak mampu menggoda dalam tingkatan kelima ini, maka seorang hamba akan benar-benar tamak pada waktunya. Ia akan tahu bagaimanakah berharganya waktu. Ia pun tahu ada nikmat dan ada akibat jelek jika tidak menjaganya dengan baik.

Jika tidak mampu dalam langkah kelima, maka setan beralih pada langkah yang keenam

Langkah keenam: Disibukkan dalam amalan yang kurang afdhal, padahal ada amalan yang lebih afdhal

Setan akan menggoda manusia supaya ia luput dari pahala amalan yang lebih utama dan ia terus tersibukkan dengan yang kurang afdhal.

Mengenal enam langkah ini seharusnya membuat kita bisa melakukan prioritas dalam bneramal dan mencari manakah yang paling diridhai oleh Allah.

Pembahasan di atas kami sarikan dari Badai’ul Fawaid (3: 381 – 385) karya Ibnul Qayyim rahimahullah. Moga bermanfaat.

Diselesaikan menjelang Maghrib, 17 Jumadal Ula 1437 H di Darush Sholihin Panggang, GK
Oleh Al-Faqir Ila Maghfirati Rabbihi: Muhammad Abduh Tuasikal
Rumaysho.Com, Channel Telegram @RumayshoCom, @DarushSholihin, @UntaianNasihat, @RemajaIslam






Gerhana itu Ada yang MengaturNya

https://rumaysho.com/wp-content/uploads/2014/10/shalat_gerhana_1-415x260.jpg

Terjadinya gerhana matahari di mana posisi matahari, bulan dan bumi berada dalam satu garis, lalu saat itu cahaya matahari terhalang oleh bulan untuk sampai ke bumi, semua menunjukkan bahwa ada yang mengatur.
Tak mungkin langsung tiba-tiba seperti itu, pasti ada yang jadi pengatur. Sama halnya berputarnya bumi dan matahari, juga ada yang mengatur.



Beda dengan keyakinan kaum penentang Tuhan, mereka beranggapan bahwa itu adalah fenomena alam semata sehingga lebih asyik kiranya berselfie ria dibanding mentadabburi suatu peringatan dari Allah.

Anda Muslim?
Seorang muslim yang selalu berserah diri pada Allah tidak meyakini seperti kaum penentang di atas.

Anda Mukmin?
Seorang mukmin yang beriman pada Allah dan Rasul-Nya juga tidak meyakini seperti para atheis.
 

Muslim dan Mukmin yakin bahwa ada yang mengatur yaitu RABBUL ‘ALAMIN.
Dalam Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim karya Abul Fida’ Ibnu Katsir rahimahullah ketika menguraikan penjelasan ayat ‘Alhamdulillah Rabbil ‘Alamin’ dalam surat Al-Fatihah (ayat kedua) dijelaskan yang inti sarinya sebagai berikut.

• Rabb adalah Al-Malik Al-Mutasharrif, Yang Maha Merajai dan Yang Maha Mengatur. Dalam bahasa Arab, Rabb bermakna sayyid. Juga bermakna pengatur yang mengatur dengan baik. Semua makna tadi benar jika disandarkan pada Allah Ta’ala.

• ‘Alamin adalah bentuk plural dari kata ‘alam. Maksud ‘alam terdapat beberapa tafsiran dari para ulama.

Ada yang mengartikan ‘alam dengan jin dan manusia. Berarti, Allah adalah Rabb jin dan manusia. Hal ini seperti disebutkan oleh seorang ulama yang bernama Abul ‘Aliyah.

Ada pula yang mengartikan ‘alamin dengan semua yang diciptakan oleh Allah di langit dan bumi, seperti yang disebutkan oleh Az-Zujaj. Al-Qurthubi menyatakan bahwa inilah makna yang paling lengkap dan mencakup semua.

Pelajarannya …
‘Alam itu berasal dari kata al-‘alamah yang berarti tanda. Maksudnya, ‘alam yang ada menunjukkan bahwa ada yang mencipta

GERHANA …
Terjadinya gerhana pun demikian adanya. Ada yang mengatur, yaitu Allah, Rabbul ‘alamin, Rabb semesta alam.

Jangan kita jadi seperti Fir’aun yang jadi penentang Tuhan bahkan menihilkan adanya pencipta dan pengatur.
Lihat apa yang ditanyakan Fir’aun dan dijawab oleh Nabi Musa ‘alaihis salam
قَالَ فِرْعَوْنُ وَمَا رَبُّ الْعَالَمِينَ






Fir’aun bertanya: “Siapa Rabb semesta alam itu?”
قَالَ رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا إِن كُنتُم مُّوقِنِينَ
Musa menjawab: “Tuhan Pencipta langit dan bumi dan apa-apa yang di antara keduanya (Itulah Tuhanmu), jika kamu sekalian (orang-orang) mempercayai-Nya”. (QS. Asy-Syu’ara’: 23-24)
Semoga terjadinya gerhana semakin menguatkan iman dan ketauhidan kita pada Allah.
Wallahu waliyyut taufiq.





By: Muhammad Abduh Tuasikal
Oleh Al-Faqir Ila Maghfirati Rabbihi: Muhammad Abduh Tuasikal
Rumaysho.Com, Channel Telegram @RumayshoCom, @DarushSholihin, @UntaianNasihat, @RemajaIslam

Monday 7 March 2016

AKIDAH

Gerhana itu Ada yang MengaturNya
Tahapan - Tahapan  Setan Menyesatkan Manusia